#22 Kenangan

Dulu ketika aku bermain bersama teman-temanku hingga hampir larut malam, pasti Mama menelepon, minimal mengirim pesan singkat untuk menanyakan keberadaanku, apakah aku sudah mengisi perutku. Responsku biasanya menjawab seperlunya dan seringnya aku tidak balik bertanya keadaan Mamaku.

Dulu ketika aku hendak bepergian jauh, Mama selalu paling heboh menyiapkan perlengkapanku padahal aku yang akan pergi tidak merisaukan apapun. Menurutku apa yang sudah kusiapkan cukup adanya. Tapi Mama selalu memberikan sentuhan terakhir pada ransel sang anak sulung. Sentuhannya selalu membuatku terselamatkan pada saat-saat sukar di luar.

Dulu ketika aku kecil, aku sering sakit. Mulai dari radang tenggorokan hingga demam berdarah. Usia remaja pun penyakitku makin beragam seperti cacar hingga tipes. Mama yang mencari cara agar aku sembuh. Mulai dari membelikan obat, ke dokter, hingga rawat inap di rumah sakit.

Dulu ketika aku memiliki masalah di sekolah, Mama selalu datang menghadap panggilan guruku. Seingatku tak pernah sekalipun Mama tidak hadir ketika diundang untuk membicarakan anaknya yang berjiwa bebas ini. Sepulang dari pertemuan kecil dengan wali kelasku, Mama tidak pernah memarahiku. Baginya masalahku telah selesai: aku telah dihukum guruku dan aku meminta maaf.

Dulu setiap kali aku hendak memasuki dunia pendidikan yang baru, Mama yang berjuang agar aku masih bisa terus bersekolah, hingga kuliah. Bahkan tanpa kami sangka aku akan jadi manusia yang sekarang ini.

Dulu ketika aku bercerita, Mama selalu fokus menyimakku. Namun ketika Mama hendak bercerita, aku tidak setiap saat ada untuknya. Mungkin fisikku ada di hadapannya tapi pikiranku kadang berkelana ke tugas atau hal lain yang menurutku lebih menarik daripada ceritanya.

Selalu anak-anak dulu barulah Mama. Ya Tuhan, aku mohon…….

Sudah dulu ya, mataku mulai berair.

 

Leave a comment